Di tulis kembali oleh Ari Wahyono
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal , (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau , maka peliharalah kami dari siksa neraka. “ (QS.Ali Imron (3) : 190 – 191)
Bila sudah demikian halnya , niscaya manusia pun akan menjadi ahli fakir, ahli zikir, dan ahli ikhtiar yang senantiasa berada dalam nuur, cahaya-Nya. Subhanallah !.
Dalam pada itu , pada sisi lain Allah pun telah menyempurnakan kejadian manusia dengan panca indra dan , tentu saja, akal fikiran dan Qolbu. Ini semua sesungguhnya perangkat yang sangat potensial bagi manusia untuk dapat menjadi hamba Allah yang dimuliakan di sisi-Nya. Sebab , dengan segenap panca indra dan akal pikirannya , manusia bias menjadi ahli zikir. Dan dengan perpaduan yang sempurna dari semua itu manusia bias menjadi ahli ikhtiar , yang dapat membawanya menjadi manusia unggul dunia akhirat. Insya Allah.
Karenanya , Allah selalu memerintahkan manusia, “Siiru fil ard !”Berjalanlah kamu di muka bumi. Kemudian , Allah pun bertanya , “ Maka, apakah mereka tidak berjalan di muka bumi , lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar ? karena , sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta adalah hati yang di dalam dada. “ (QS. Al-Hajj (22) : 46)
Untuk itu, marilah kita melatih segala yang dikaruniakan Allah tersebut agar menjadi peka dalam membaca ayat-ayat Allah yang bertebaran di antara langit dan bumi. Kemuliaan di sisi Allah niscaya akan diraih sekiranya kita termasuk orang-orang yang bersungguh-sungguh. Hal pertama yang sangat dekat dengan kita adalah udara. Hendaknya kita sadari bahwa kita sebenarnya jarang bersyukur hidup dikelilingi dengan udara.
Kalau kita ingin merasakan betapa nikmat udara itu amat mahal, cobalah ambil kantong plastik. Masukan kepala anda sepenuhnya ke dalam kantong plastik tersebut, lalu ikat ujungnya di leher hingga tidak ada celah lagi. Silahkan rasakan reaksinya selama beberapa menit. Hasilnya , nafas kita semakin lama akan semakin kencang dan tidak teratur. Lama-kelamaan dada pun mulai terasa sesak. Dan bila dilanjutkan lebih lama lagi, niscaya kita akan pingsan atau bahkan mati karena kehabisan udara.
Ternyata kita tidak pernah bersyukur bisa bernafas dengan sempurna dan teratur dikarenakan adanya udara. Malah tak jarang kita serta merta marah-marah kalau mencium bau yang tidak sedap. Padahal dapat mencium aroma bau pun itu merupakan satu bukti bahwa hidung kita masih normal, sehingga kita mampu bersyukur.
Dengan udara yang ada tanpa kita sadari darah kotor menjadi bersih. Udara juga merupakan wasilah (medium) yang menyebabkan kita bias mendengar. Kalau tidak ada udara yang memadai , tidaklah mungkin suatu getaran suara yang jaraknya jauh dari telinga kita akan terdengar. Kita tidak tahu bagaimana caranya karena tiba-tiba saja kita bisa mengerti, mengganggukan kepala , marah, sedih, tersenyum , atau menjawab.
Kemudian , udara juga laksana perisai yang membuat sinar ultra violet dan infra merah yang dipancarkan cahaya matahari tidak sampai merusak kulit tubuh kita. Sungguh Allah Maha Adil telah menciptakan perisai udara ini dengan sempurna, sehingga tubuh kita tidak terbakar dengan sinar yang ternyata sangat berbahaya tersebut.
Sementara itu, kita butuh udara yang dingin ketika tubuh terasa gerah. Kita lalu mencari kipas atau menghidupkan AC. Bayangkan , bagaimana kalau tidak ada persediaan udara dingin di sekitar kita ? tentu kita akan menderita. Sebaliknya , takala cuaca dingin kita pun butuh udara yang panas.
Udara atau angina yang sepoi-sepoi basah,membuat suasana terasa nyaman dan hati pun tergugah. Tetapi angina puting beliung, badai lembubu, atau yang sejenisnya membuat bumi ini seakan terguncang –guncang. Pepohonan roboh dan beterbangan , rumah-rumah hancur luluh lantak, laut pun akan bergelombang dengan dahsyatnya. Bahkan kalau badai lembubu itu menghembus, sebilah bamboo kecil pun akan melesat secepat kilat dan menancap ke besi sekalipun.
Sayang , hati ini terkadang tidak sampai tergerak kepada Allah Azza wa Jalla ketika merasakan udara. Sepertinya ada hijab yang besar di dalam otak kita. Seharusnya ketika kita melihat segala yang ada di dunia ini membuat tidak habis-habisnya terpesona kepada keMahahebatan Allah.
Ketika melihat rumput tumbuh, harusnya akal pikiran kita tergerak. “ Ya Allah, mengapa engkau takdirkan rumput ini tumbuh ? Oh, ternyata Engkau ingin memberikan rizki makanan kepada hewan ternak. Ternyata pula Engkau ingin memberikan rizki nafkah buat si pemotong rumput. Subhanalloh, pantaslah rumput Engkau tumbuhkan karena Engkau ingin menebarkan karunia nikmat-Mu kepada sebegitu banyak makhluk-Mu ! “ Nah seyogyanya inilah yang menjadi hasil buah pikiran kita , sehingga serta merta kita menjadi sanggup untuk bersyukur.
Atau, mungkin juga sekali waktu ketika kita tengah buang hajat di kamar kecil, tiba-tiba tampak di hadapan kita seekor kecoa terbalik, kakinya meronta-ronta. Bagi orang yang akal pikirannya jernih, hatinya akan segera bertanya , “ Ya Rabb, mengapa Engkau takdirkan kecoa itu terbalik di hadapanku ? Subhanalloh, mungkin ini kesempatan agar akau bias menolong makhluk-Mu yang oleh kebanyakan orang dinilai tak berguna dan menjijikan, “ Dan manakala kecoa itu ditolong dibalikan tubuhnya, ia pun lalu merayap perlahan menghampiri anak-anaknya yang berkerumun di pojok dinding. Allahu akbar, masih banyak lagi kejadian di sekeliling kita , di alam ini, yang harusnya dapat menjadi jalan kita ingat kepada Allah dan semakin meyakini bahwa semuanya ini memang terjadi atas ijin Allah untuk dipetik hikmahnya.
Sungguh tidak akan habis-habisnya lisan kita untuk menguntaikan kalimat pujian dan syukur kepada Allah sekiranya kita berupaya menatap dan merenungi setiap fenomena ala mini, sehingga kita mampu lebih mengenal dan mendekati Allah.Sayangnya, sedikit sekali orang yang gemar mengarahkan segenap indra, akal pikiran, serta qolbunya untuk lebih mendalami semua ini, yang membuat dirinya senantiasa ingat kepada Allah.
Allaahummaftahlanaa hikmataka. Ya Rabb, kiranya Engkau ridho menggolongkan siapa saja yang sungguh-sungguh ingin mengenal-Mu, menjadi hamba-hamba-Mu yang peka dalam membaca ayat-ayat-Mu. Wallahu a’lam Bishowab
(Terinspirasi dari ceramah KH. Abdullah Gymastiar)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal , (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau , maka peliharalah kami dari siksa neraka. “ (QS.Ali Imron (3) : 190 – 191)
Bila sudah demikian halnya , niscaya manusia pun akan menjadi ahli fakir, ahli zikir, dan ahli ikhtiar yang senantiasa berada dalam nuur, cahaya-Nya. Subhanallah !.
Dalam pada itu , pada sisi lain Allah pun telah menyempurnakan kejadian manusia dengan panca indra dan , tentu saja, akal fikiran dan Qolbu. Ini semua sesungguhnya perangkat yang sangat potensial bagi manusia untuk dapat menjadi hamba Allah yang dimuliakan di sisi-Nya. Sebab , dengan segenap panca indra dan akal pikirannya , manusia bias menjadi ahli zikir. Dan dengan perpaduan yang sempurna dari semua itu manusia bias menjadi ahli ikhtiar , yang dapat membawanya menjadi manusia unggul dunia akhirat. Insya Allah.
Karenanya , Allah selalu memerintahkan manusia, “Siiru fil ard !”Berjalanlah kamu di muka bumi. Kemudian , Allah pun bertanya , “ Maka, apakah mereka tidak berjalan di muka bumi , lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar ? karena , sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta adalah hati yang di dalam dada. “ (QS. Al-Hajj (22) : 46)
Untuk itu, marilah kita melatih segala yang dikaruniakan Allah tersebut agar menjadi peka dalam membaca ayat-ayat Allah yang bertebaran di antara langit dan bumi. Kemuliaan di sisi Allah niscaya akan diraih sekiranya kita termasuk orang-orang yang bersungguh-sungguh. Hal pertama yang sangat dekat dengan kita adalah udara. Hendaknya kita sadari bahwa kita sebenarnya jarang bersyukur hidup dikelilingi dengan udara.
Kalau kita ingin merasakan betapa nikmat udara itu amat mahal, cobalah ambil kantong plastik. Masukan kepala anda sepenuhnya ke dalam kantong plastik tersebut, lalu ikat ujungnya di leher hingga tidak ada celah lagi. Silahkan rasakan reaksinya selama beberapa menit. Hasilnya , nafas kita semakin lama akan semakin kencang dan tidak teratur. Lama-kelamaan dada pun mulai terasa sesak. Dan bila dilanjutkan lebih lama lagi, niscaya kita akan pingsan atau bahkan mati karena kehabisan udara.
Nafas sungguh nikmat yang besar dari Allah SWT |
Dengan udara yang ada tanpa kita sadari darah kotor menjadi bersih. Udara juga merupakan wasilah (medium) yang menyebabkan kita bias mendengar. Kalau tidak ada udara yang memadai , tidaklah mungkin suatu getaran suara yang jaraknya jauh dari telinga kita akan terdengar. Kita tidak tahu bagaimana caranya karena tiba-tiba saja kita bisa mengerti, mengganggukan kepala , marah, sedih, tersenyum , atau menjawab.
Kemudian , udara juga laksana perisai yang membuat sinar ultra violet dan infra merah yang dipancarkan cahaya matahari tidak sampai merusak kulit tubuh kita. Sungguh Allah Maha Adil telah menciptakan perisai udara ini dengan sempurna, sehingga tubuh kita tidak terbakar dengan sinar yang ternyata sangat berbahaya tersebut.
Sementara itu, kita butuh udara yang dingin ketika tubuh terasa gerah. Kita lalu mencari kipas atau menghidupkan AC. Bayangkan , bagaimana kalau tidak ada persediaan udara dingin di sekitar kita ? tentu kita akan menderita. Sebaliknya , takala cuaca dingin kita pun butuh udara yang panas.
Udara atau angina yang sepoi-sepoi basah,membuat suasana terasa nyaman dan hati pun tergugah. Tetapi angina puting beliung, badai lembubu, atau yang sejenisnya membuat bumi ini seakan terguncang –guncang. Pepohonan roboh dan beterbangan , rumah-rumah hancur luluh lantak, laut pun akan bergelombang dengan dahsyatnya. Bahkan kalau badai lembubu itu menghembus, sebilah bamboo kecil pun akan melesat secepat kilat dan menancap ke besi sekalipun.
Sayang , hati ini terkadang tidak sampai tergerak kepada Allah Azza wa Jalla ketika merasakan udara. Sepertinya ada hijab yang besar di dalam otak kita. Seharusnya ketika kita melihat segala yang ada di dunia ini membuat tidak habis-habisnya terpesona kepada keMahahebatan Allah.
Ketika melihat rumput tumbuh, harusnya akal pikiran kita tergerak. “ Ya Allah, mengapa engkau takdirkan rumput ini tumbuh ? Oh, ternyata Engkau ingin memberikan rizki makanan kepada hewan ternak. Ternyata pula Engkau ingin memberikan rizki nafkah buat si pemotong rumput. Subhanalloh, pantaslah rumput Engkau tumbuhkan karena Engkau ingin menebarkan karunia nikmat-Mu kepada sebegitu banyak makhluk-Mu ! “ Nah seyogyanya inilah yang menjadi hasil buah pikiran kita , sehingga serta merta kita menjadi sanggup untuk bersyukur.
Atau, mungkin juga sekali waktu ketika kita tengah buang hajat di kamar kecil, tiba-tiba tampak di hadapan kita seekor kecoa terbalik, kakinya meronta-ronta. Bagi orang yang akal pikirannya jernih, hatinya akan segera bertanya , “ Ya Rabb, mengapa Engkau takdirkan kecoa itu terbalik di hadapanku ? Subhanalloh, mungkin ini kesempatan agar akau bias menolong makhluk-Mu yang oleh kebanyakan orang dinilai tak berguna dan menjijikan, “ Dan manakala kecoa itu ditolong dibalikan tubuhnya, ia pun lalu merayap perlahan menghampiri anak-anaknya yang berkerumun di pojok dinding. Allahu akbar, masih banyak lagi kejadian di sekeliling kita , di alam ini, yang harusnya dapat menjadi jalan kita ingat kepada Allah dan semakin meyakini bahwa semuanya ini memang terjadi atas ijin Allah untuk dipetik hikmahnya.
Sungguh tidak akan habis-habisnya lisan kita untuk menguntaikan kalimat pujian dan syukur kepada Allah sekiranya kita berupaya menatap dan merenungi setiap fenomena ala mini, sehingga kita mampu lebih mengenal dan mendekati Allah.Sayangnya, sedikit sekali orang yang gemar mengarahkan segenap indra, akal pikiran, serta qolbunya untuk lebih mendalami semua ini, yang membuat dirinya senantiasa ingat kepada Allah.
Allaahummaftahlanaa hikmataka. Ya Rabb, kiranya Engkau ridho menggolongkan siapa saja yang sungguh-sungguh ingin mengenal-Mu, menjadi hamba-hamba-Mu yang peka dalam membaca ayat-ayat-Mu. Wallahu a’lam Bishowab
(Terinspirasi dari ceramah KH. Abdullah Gymastiar)